Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Sabtu, 16 April 2011

Kelak, Malaysia Jadi Pusat Melayu Kuno

dekadeku.wordpress.com
Naskah Melayu kuno

Ketua Umum Dewan Kesenian Jambi Aswan Zahari mengkhawatirkan pembangunan museum Kerinci di Malaysia akan berimbas pada klaim negeri jiran itu terhadap pusat Melayu kuno.

"Kita khawatir nantinya beberapa tahun ke depan Melayu Kerinci menjadi Melayu Malaysia," kata Aswan ketika dihubungi di Jambi, Kamis (14/4/2011).

Klaim itu nantinya bisa saja terjadi beberapa tahun kemudian. Karena itu, Aswan yang juga Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Jambi meminta Pemerintah Kabupaten Kerinci membatalkan niat membuka Museum Kerinci di Malaysia.

Akan berbahaya jika nantinya terjadi kekeliruan atas kebudayaan Kerinci di masa mendatang. Pemkab Kerinci perlu melakukan pengkajian ulang lagi terhadap rencana tersebut.

Sementara itu, Sekretaris Umum Dewan Kesenian Jambi (DKJ) Muhammad Husyairi menambahkan, pendirian museum dan pusat informasi Kerinci di Malaysia akan merugikan Jambi.

Ia memprediksi, jika Malaysia menjadi pusat informasi Kerinci, akan mengurungkan niat para peneliti mancanegara untuk datang ke Kerinci.

Logikanya, jika Malaysia sudah menjadi pusat informasi Kerinci, para peneliti atau ilmuwan tidak perlu lagi ke Kerinci jika ingin menggali informasi tentang Kerinci.

Husyairi juga khawatir jika Malaysia akan menerbitkan naskah Melayu tertua berupa Kitab Undang-undang Tanjung Tanah yang dimiliki oleh Kerinci.

Naskah Melayu tertua berupa Kitab Undang-undang Tanjung Tanah ini membuktikan bahwa peradaban setempat telah memiliki aksara dan sistem hukum sendiri setidaknya mulai abad ke-14.

Kerinci selama ini dikenal memiliki budaya tertua di Jambi serta memiliki kekayaan peninggalan bersejarah yang cukup lengkap.

Ia mencontohkan, Malaysia pernah menerbitkan naskah kuno Provinsi Kepri berjudul Tufat Al-Nafis karya almarhum Raja Ali Haji.

"Kita khawatir Pemkab Kerinci terlena, dan Malaysia akan menerbitkan Kitab Undang-undang Tanjung Tanah," jelas teaterawan dan sastrawan ini.

Husyairi menyarankan agar Pemkab Kerinci berkaca pada kasus klaim Malaysia terhadap beberapa kesenian dan kebudayaan milik Indonesia.

Sebab, bukan tidak mungkin klaim ini akan dilakukan Malaysia terhadap kebudayaan Kerinci, apalagi Malaysia sangat gencar untuk mendapatkan predikat sebagai pusat Melayu kuno, sedangkan Kerinci sendiri memiliki naskah Melayu tertua.

Malaysia Klaim Bangun Galeri, Bukan Museum Kerinci

Untuk mengenang jasa para pendatang asal Kabupaten Kerinci, Jambi yang membuka daerah Kampung Kerinci di pinggiran Kuala Lumpur, beberapa tokoh masyarakat kampung Kerinci di Malaysia berinisiatif membuat galeri yang menceritakan kedatangan orang-orang Kerinci di Malaysia.

“Ide awalnya datang dari Datuk Abdul Latif bin Abu Bakar, Ketua Komite Sekolah di Sekolah Menengah Negeri Seri Pantai, Kampung Kerinci, tempat galeri itu nanti didirikan” ujar Ketua Bagian Pelayanan Departemen Museum Malaysia, Moh. Noorzairi Salleh kepada Tempo, Jum’at, 15 April 2011.

Sebelum memberi penjelasan, Noorzairi menyatakan, memang sempat terjadi salah pengertian antara pihak sekolah dengan pejabat dari Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia, tentang konsep galeri tersebut. Konsep pihak sekolah, kata Noorzair, galeri ini akan menceritakan tentang kedatangan orang-orang Kerici ke Malaysia hingga membuka kampung Kerinci di pinggiran Kuala Lumpur.

“Namunpihak Kabupaten Kerinci mengira Malaysia akan membuat museum tentang sejarah Kerinci secara keseluruhan” jelasnya.

Secara garis besar, kata Noorzair, ada tiga hal yang diangkat dalam galeri tersebut nantinya. Yakni, tentang Sejarah Kuala Lumpur, Sejarah Sekolah Menengah Seri Pantai Kampung Kerinci dan sejarah kedatangan orang-orang Kerinci di Malaysia.

Selain poster dan foto, galeri ini juga direncanakan dilengkapi hasil kerajinan tangan dan baju adat Kerinci yang didatangkan dari Kabupaten Kerinci, Jambi.

Dengan pembangunan galeri Kerinci di Sekolah Menengah Seri Pantai, Kampung Kerinci, kata Noorzairi, diharapkan para siswa di sekolah tersebut mengetahui sejarah kampung Kerinci yang dibuka pertama kali oleh H. Abdullah bin Ahmad yang berasal dari Kerinci, Jambi. Galeri Kerinci ini rencananya akan diresmikan oleh pemerintah Malaysia pada Minggu, 17 April ini

Museum Kerinci Dibangun di Malaysia

Museum Kerinci yang dibangun di Kuala Lumpur dengan bantuan dana dari Pemerintah Malaysia akan diresmikan Bupati Kerinci Murasman, pekan depan. Dikhawatirkan, benda-benda bersejarah yang ada di Kabupaten Kerinci akan dibawa ke negeri jiran tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Arlis, Senin (11/4), mengatakan, Museum Kerinci dibangun di dalam kompleks Sekolah Kebangsaan di Kuala Lumpur. Pemerintah Kabupaten Kerinci telah mengirimkan sejumlah benda peninggalan budaya dan sejarah Kerinci untuk dipamerkan, seperti alat musik gong ketuk, rebana sikek, sandu (sejenis seruling), dan gendang kerinci dari kayu surian.

Selain itu, juga beragam jenis alat pertanian, seperti tangkai beliung untuk menebang kayu, luka belut (alat menangkap belut di sungai) dari bambu, dan jangki dari rotan (untuk menyimpan benda bawaan). Pemerintah Kabupaten Kerinci juga menyiapkan sejumlah naskah beraksara kuno serta berbagai jenis pakaian adat.

”Barang asli tetap disimpan di Kabupaten Kerinci, sedangkan di museum tersebut nantinya hanya duplikatnya,” kata Arlis.

Menurut Arlis, dalam peresmian pembukaan Museum Kerinci pekan depan akan ditampilkan sejumlah tarian asli Kabupaten Kerinci, seperti tari Ranggut, tari Pengobatan, dan Ngaji Adat. Museum akan diresmikan Bupati Kerinci Murasman dan disaksikan sejumlah pejabat Pemerintah Malaysia, termasuk Menteri Kebudayaan Malaysia.

Arlis menambahkan, keberadaan Museum Kerinci akan mempererat hubungan antara Kabupaten Kerinci dan Malaysia. Selama ini banyak warga Kerinci yang telah menjadi warga negara Malaysia rindu menyaksikan budaya khas Kerinci. ”Ada kedekatan budaya antara Kerinci dan Malaysia,” tuturnya.

Disesalkan

Ketua Harian Dewan Kesenian Jambi Naswan Iskandar menyayangkan tindakan Pemkab Kerinci yang sangat antusias menyiapkan Museum Kerinci di Malaysia. Padahal, hingga saat ini Kerinci belum memiliki museum di daerahnya sendiri.

”Itu namanya pemkab ceroboh. Kenapa tidak membangun museum sendiri, malah membantu pembangunannya di Malaysia?” kata Naswan.

Ia menduga keberadaan Museum Kerinci di Kuala Lumpur akan diikuti dengan diboyongnya benda-benda pusaka milik Kerinci. Ia juga mengkhawatirkan bakal adanya klaim budaya Kerinci oleh Malaysia.

Padahal, Kerinci selama ini dikenal memiliki budaya tertua di Jambi, serta memiliki kekayaan peninggalan bersejarah yang cukup lengkap. Salah satu peninggalan tersebut adalah naskah Melayu tertua berupa Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah yang membuktikan bahwa peradaban setempat telah memiliki aksara dan sistem hukum sendiri setidaknya mulai abad XIV.

Selain itu, Kerinci juga memiliki bentuk budaya lainnya, seperti seni Tale (bersenandung) dan tradisi Kunoun (tutur). Ada juga pertunjukan seni budaya megalitik sastra mantra, pantun, seloko, penno, dan tambo.

Malaysia Kembali "Menampar" Kita


Gara-gara orang Malaysia mendirikan Museum Kerinci di negerinya, nama Kerinci mendadak melambung. Sama dan sebangun saat negeri jiran itu mengaku-aku seni reog ponorogo, tari pendet, lagu "Rasa-sayange", masakan rendang, dan produk-produk budaya kita lainnya sebagai milik orang Malaysia. Kita pun berang, merasa "ditampar". Yang menyedihkan adalah, kerapnya kita tertampar justru oleh kelalaian kita sendiri yang tak becus mengurus kebudayaan kita sendiri.

Malaysia... Malaysia... Apapun alasan dan landasan dari pendirian Museum Kerinci di Malaysia adalah sebentuk kenyataan, betapa di satu sisi ada semangat Malaysia untuk mengenali akar budayanya yang secara historis memang berada di tanah Indonesia. Di sisi lain, ada fakta bahwa kita tak pernah bersungguh-sungguh mengurusi budaya kita, dan ketika budaya itu "diambil" oleh bangsa lain yang hendak merawatnya, kita pun merasa dipecundangi.

Sebagai bangsa yang boleh dikata tak "memiliki" akar budaya di tanah airnya, Malaysia tentu akan berjuang menemukan kembali jejak kakek moyangnya. Kebudayaan Kerinci adalah salah satu pokok akar itu. Maka tak heran jika, sejak tahun 1990, orang Malaysia sudah melakukan riset mendalam mengenai budaya Kerinci.

Seperti diungkapkan budayawan Jambi asal Kerinci, Nukman SS, saat dihubungi di Jambi, Minggu (27/3/2011). "Gelagat itu sebenarnya sudah terbaca jauh-jauh hari ketika, semenjak awal 1990-an, peneliti-peneliti dari Malaysia mulai berdatangan dan didatangkan ke Kerinci membawa misi riset budaya. Hingga saat ini, Kerinci masih menjadi obyek riset budaya yang dominan oleh para peneliti negeri jiran tersebut," ungkap Nukman.

Maka marilah kita lihat, benda dan kekayaan budaya Kerinci apa sajakah yang dibawa ke museum di Malaysia itu. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Arlis, Senin (11/4/2011), Museum Kerinci dibangun di dalam kompleks Sekolah Kebangsaan di Kuala Lumpur. Pemerintah Kabupaten Kerinci telah mengirimkan sejumlah benda peninggalan budaya dan sejarah Kerinci untuk dipamerkan, seperti alat musik gong ketuk, rebana sikek, sandu (sejenis seruling), dan gendang kerinci dari kayu surian.

Selain itu, ada juga beragam jenis alat pertanian, seperti tangkai beliung untuk menebang kayu, luka belut (alat menangkap belut di sungai) dari bambu, dan jangki dari rotan (untuk menyimpan benda bawaan). Pemerintah Kabupaten Kerinci juga menyiapkan sejumlah naskah beraksara kuno dan berbagai jenis pakaian adat.

Menurut Arlis, dalam peresmian pembukaan Museum Kerinci pekan depan akan ditampilkan sejumlah tarian asli Kabupaten Kerinci, seperti Tari Ranggut, Tari Pengobatan, dan Ngaji Adat. Museum akan diresmikan Bupati Kerinci Murasman dan disaksikan sejumlah pejabat Pemerintah Malaysia, termasuk Menteri Kebudayaan Malaysia.

Banyak memang yang menyayangkan "budi baik" pejabat Pemda Kabupaten Kerinci yang dengan sukarela mempersilakan orang Malaysia membawa warisan budayanya. Mereka yang menyayangkan hal itu antara lain Dewan Kesenian Jambi (DKJ) yang menyerukan agar segenap masyarakat adat di Provinsi Jambi dan khususnya Kabupaten Kerinci bisa kompak melakukan perlawanan terhadap manuver Malaysia yang terus memboyong sko, yaitu benda-benda pusaka, dari Kerinci ke negeri jiran tersebut.

"Kami menyerukan agar segenap masyarakat, budayawan, dan seniman Jambi, khususnya yang berdomisili di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, untuk tidak tinggal diam melihat adanya gelagat Malaysia yang terus memboyong benda sko dari Kerinci," kata Ketua Harian DKJ Naswan Iskandar SE saat dihubungi di Jambi, Minggu (10/4/2011).

Menurut Iskandar, sko Kerinci adalah aset kebudayaan utama bagi Provinsi Jambi karena tidak ada kabupaten lain di Jambi yang memiliki peradaban begitu lengkap dan runut seperti Kerinci. Oleh karena itu, segala upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan aset besar tersebut.

"Upaya penyelamatan tidak cukup hanya dilakukan oleh masyarakat setempat. Pemerintah daerah juga harus memiliki political will, kemauan atau kesadaran untuk melakukan upaya-upaya revitalisasi dan proteksi," kata dia.

Pemkab, kata dia, tak seharusnya lantas gelap mata karena tersanjung mendapat apresiasi Pemerintah Diraja Malaysia yang menghibahkan museum kebudayaan Kerinci di Malaysia.

Hal tersebut justru semestinya dicurigai karena sangat berkemungkinan mengandung niat halus Pemerintah Malaysia untuk memindahkan keberadaan sko-sko Kerinci ke negerinya.

Sementara Malaysia pada pekan depan berencana membuka museum Kerinci dengan "pesta" yang menyenangkan, kita di sini hanya bisa mengelus dada. Sebagian pasrah, sebagian mengutuk aksi "pemboyongan" benda-benda pusaka Kerinci itu, dan sebagian lainnya sinis kepada pengelola negeri ini.

Puluhan komentar pun muncul berhamburan dari pembaca oase.kompas.com. Di antaranya dari Asanah yang mengatakan, "Pertanyaannya kenapa Pemerintah Indonesia kurang menghargai/peduli dengan sejarah bangsa sendiri?! Coba kalau dilestarikan atau dibangun museum di daerah tempat sejarah itu berasal, itu kan bisa untuk salah satu daya tarik daerah itu sendiri bagi para wisatawan.... Negara korup jadi lupa akan sejarahnya karena negara yang besar adalah negara yang menghargai sejarahnya...."

Indah Wahyu menulis begini, "Terima kasih kepada Pemerintah Malaysia yang mau menghargai budaya dan sejarah negara tetangga sampai mau repot-repot bangunin museum di Kuala Lumpur segala... Terima kasih karena Pemerintah Malaysia membuka mata kami... Biarpun Anda dicaci maki orang Indonesia, sebenarnya Anda yang selalu membangkitkan semangat nasionalisme kami yang kadang sudah kami pikir usang...."

Sementara itu, Mawardi mengungkapkan, "Sedih... banyak hal negeri ini belum bisa menghargai diri sendiri, baik sejarah, kebudayaan, intelektual, dan lain-lain. bagaimana bisa dihargai bangsa lain kalau dirinya sendiri tidak pernah dihargai... Ingat, Indonesia dibentuk dari kebinekaan... Kebinekaan untuk semua bukan milik masing-masing... Indonesia banyak sejarah, tetapi dokumen sejarah Indonesia yang memegang dan memiliki adalah bangsa lain sehingga generasinya tidak tahu sejarah bangsanya... Sedih...."

Kita memang pantas kecewa dengan pengelola negeri ini, dari tingkat pusat hingga daerah, seperti diutarakan Suci Handayani, "Mmm, miris membacanya. Kalau sudah begini, baru deh diperhatiin. Kemarin ke mana aja? Ya mungkin mereka hanya ingin dihargai karena semua butuh pengakuaan. Kalau di negeri sendiri saja tidak diurusi, mengapa harus menolak sesuatu yang menghargai dan mengakui kebudayaan mereka! Ya seharusnya memang harus lebih menjalin komunikasi dulu dengan pemerintah kita!"

Nah, kini, apa komentar Anda, saudara?

Kerinci, Sekepal Tanah Surga



Konon, Kerinci adalah sekepal tanah surga yang dilempar oleh Tuhan ke bumi. Karena itu, Kerinci terkenal sebagai kabupaten paling elok di Provinsi Jambi.
Seperti namanya, kata kerinci berasal dari bahasa Tamil: Kurinji, yaitu nama bunga kurinji Strobilanthes kunthiana yang tumbuh di India selatan di ketinggian di atas 1.800 meter di atas permukaan laut.

Seperti namanya, kata kerinci berasal dari bahasa Tamil: Kurinji, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes kunthiana) yang tumbuh di India selatan di ketinggian di atas 1.800 meter di atas permukaan laut.

Tak cuma danau dan gunung yang menawarkan kemolekan, di bumi Kerinci juga terdapat berbagai peninggalan warisan budaya yang tak ternilai harganya. Oleh sebab itu, tak heran jika Malaysia mengincar warisan budaya Kerinci untuk dibawa ke Negeri Jiran itu sebagai cermin masa lalu bangsa Malaysia yang masih serumpun dengan orang Kerinci, yakni suku Melayu.

Menyebut nama Kerinci, yang melintas di ingatan adalah gunung dan tasik (danau) yang sama-sama menggunakan nama Kerinci. Membayangkan keduanya, yang muncul adalah keindahan.

Gunung Kerinci (juga dieja "Kerintji", dan dikenal sebagai Gunung Gadang, Berapi Kurinci, Kerinchi, Korinci, atau Puncak Indrapura) adalah gunung tertinggi di Sumatera (3.805 di atas permukaan laut), dan puncak tertinggi di Indonesia di luar Papua. Gunung Kerinci terletak di Pegunungan Bukit Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 kilometer sebelah selatan Padang. Gunung ini dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat dan merupakan habitat harimau sumatera dan badak sumatera. Kerinci masih aktif dan terakhir kali meletus pada 2009.

Sementara Danau Kerinci adalah sebuah danau yang memiliki luas 4.200 hektar dengan kedalaman 110 meter dan terletak di ketinggian 783 meter di atas permukaan laut. Danau ini menyimpan banyak jenis ikan. Ikan semah merupakan jenis yang paling digemari dan merupakan ikan endemik. Danau Kerinci terletak di dua kecamatan, yaitu Danau Kerinci dan Keliling Danau.

Terdapat beberapa lokasi yang menarik di beberapa desa di sekitar Danau Kerinci, yaitu Daerah Pesanggarahan di mana kita bisa melihat pemandangan Danau Kerinci dari atas, Tanjung Hatta adalah tempat Bung Hatta menikmati panorama Danau Kerinci dan menanam pohon di sana, Desa Seleman terdapat Rumah Laheik yang merupakan rumah khas kerinci, di Desa Pulau Tengah terdapat Dolmen Batu Raja dan Masjid Keramat Pulau Tengah, serta di sekitar Danau Kerinci terdapat sejumlah batu berukir yang diduga peninggalan zaman megalit.

Tak cuma panorama alam, Kerinci juga memiliki potensi nilai seni dan budaya cukup besar dengan keragaman yang sangat tinggi. Potensi seni yang berkembang di daerah ini di antaranya seni musik daerah, nyanyian-nyanyian daerah, tarian daerah, kesenian bernuansa islami, dan berbagai bentuk seni tradisional lainnya. Eksistensi kesenian daerah dimungkinkan oleh keberadaan kelompok-kelompok seni daerah yang tersebar di sejumlah daerah pedesaan yang meliputi seni teater sebanyak 28 buah, seni tari sebanyak 65 buah, seni musik sebanyak 52 buah, seni musik kasidah/rebana sebanyak 48 buah, dan wayang sebanyak 9 buah.

Pertunjukan kesenian daerah umumnya dikaitkan langsung dengan acara-acara serimonial seperti acara pernikahan, menyambut kelahiran seorang bayi, peresmian rumah tempat tinggal, acara sunatan anak laki-laki, atau bentuk acara lainnya.

Selain kesenian daerah, Kabupaten Kerinci juga memiliki potensi budaya daerah yang sangat besar dan bernilai luhur karena tumbuh secara alami dari akar budaya masyarakat secara turun temurun hingga ratusan tahun. Hingga saat ini, masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai budaya daerah baik dalam pelaksanaan berbagai acara adat maupun acara serimonial serta penyelesaian berbagai persoalan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut harta benda atau perbuatan kriminal dan asusila. Beberapa sko Kerinci sangat khas dan langka, tidak ditemukan ada di tempat lain, seperti halnya naskah Melayu tertua berupa kita undang-undang di Desa Tanjung Tanah yang merupakan warisan dari raja Melayu pra-Islam, yakni Adityawarman.

Lalu beberapa bentuk budaya lainnya, seperti seni bersenandung Tale, tradisi tutur Kunoun dan Kba, berbagai seni pertunjukan tradisional seperti tarian, teater, dan atraksi warisan budaya megalitik seperti tari asek, tari rangguk, marcok. Begitu juga dengan warisan sastra berupa mantra, pantun, seloko, penno, tambo, dan lain sebagainya.

Kesemua itu tidak ditemukan lagi di daerah lain di Provinsi Jambi. Masyarakat Kerinci malah harus berbangga karena telah mampu merawat dan melastarikan keberadaannya hingga jadi warisan budaya yang luhur dan abadi hingga kini.

Suku Kerinci

Suku Kerinci sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatera termasuk ras Mongoloid Selatan berbahasa Austronesia. Berdasarkan bahasa dan adat istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Melayu dan paling dekat dengan Minangkabau dan Melayu Jambi. Sebagian besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup jauh antarsatu tempat dengan tempat lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci. Untuk berbicara dengan pendatang biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi).

Sebagian penulis, seperti Van Vollenhoven, memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat (adatrechtskring) Sumatera Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai wilayah rantau Minangkabau.

Suku Kerinci merupakan masyarakat matrilineal. Sebagaimana diketahui dari Naskah Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua yang ditemukan di Kerinci, pada abad ke-14 Kerinci menjadi bagian dari kerajaan Malayu dengan Dharmasraya sebagai ibu kota. Setelah Adityawarman menjadi maharaja, ibu kota dipindahkan ke Saruaso dekat Pagaruyung di Tanah Datar.

Sebagian besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup jauh antarsatu tempat dengan tempat lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci. Untuk berbicara dengan pendatang, biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi).

Upacara tradisi

Salah satu tradisi yang masih dipertahankan dalam berbagai suku bangsa adalah tradisi pelaksanaan pesta adat siap panen. Hampir setiap daerah masih melaksanakannya, seperti upacara adat fuaton di Nusa Tenggara Timur, upacara adat aruh mahannyari pada suku Dayak, upacara penolak bala sebagai rasa syukur setelah berhasil panen di Sulawesi Selatan, dan lain sebagainya. Tradisi-tradisi ini di maksud untuk mensyukuri hasil panen yang telah didapat oleh masyarakat, sekaligus memohon berkah agar mereka mendapat hasil yang lebih baik pada musim panen mendatang.

Begitu juga halnya yang terjadi pada masyarakat yang ada di Provinsi Jambi, yakni di Kabupaten Kerinci. Mereka dikenal sebagai orang Melayu Tua (Zakaria, 1985:15). Orang Melayu Tua tersebut masih mengenal bentuk-bentuk upacara atau pesta adat siap panen yang lebih dikenal dengan istilah kenduri sko. Kenduri sko merupakan upacara adat yang terbesar di daerah Kerinci dan termasuk kedalam upacara adat Titian Teras Bertangga Batu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daud (1991:32) bahwa upacara adat di Kerinci dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yang disebut dengan: Upacara Adat Titian Teras Bertangga Batu; Upacara Adat Cupak Gantang Kerja Kerapat; Upacara Adat Tumbuh-tumbuh Roman-roman.

Sebagaimana tradisi-tradisi dalam upacara adat di setiap masyarakat, upacara kenduri sko di Kerinci memiliki arti penting bagi masyarakat setempat. Upacara kenduri sko merupakan upacara puncak kebudayaan masyarakat Kerinci.

Dengan kata lain dapat diartikan sebagai suatu perhelatan tradisional masyarakat Kerinci dengan maksud dan tujuan tertentu. Upacara kenduri sko hanya dilakukan pada desa persekutuan adat atau masyarakat adat dari dusun asal desa-desa yang memiliki sejarah tetua adat depati ninik mamak dan juga memiliki benda-benda pusaka.

Kenduri sko merupakan upacara adat terbesar yang ada di Kerinci dan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat. Di dalam upacara tersebut terdapat acara penurunan benda-benda pusaka nenek moyang, serta pemberian gelar adat kepada pemangku-pemangku adat yang baru yang akan memimpin adat desa tersebut. Dengan demikian, upacara kenduri sko sangat penting sekali bagi orang Melayu Tua yang ada di Kabupaten Kerinci, khususnya Desa Keluru.
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...