Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Kamis, 07 April 2011

Perjuangan Berat Menggapai Sekepal `Tanah Surga` Kerinci

"Sekepal tanah surga yang tercampakkan ke bumi," begitu penyair legendaris asal Kerinci seangkatan legenda puisi Chairil Anwar, yakni Ghazali Burhan Riodja (alm) menyebut Kerinci.

Pesona tanah kelahiran Ghazali yakni "Sakti Alam Kerinci" (Kabupaten Kerinci) muncul dalam salah satu sajaknya yang terangkum dalam Antologi Batu Berlinang yang diterbitkan Dewan Kesenian Jambi 1999.

Julukan puitis itu memberi gambaran kepada publik pembaca karyanya tentang keelokan alam Kerinci yang tiada tara. Alamnya yang dilingkungi bukit perladangan kayu manis petani dan hamparan persawahan seperti permadani di dataran rendah, di penghujungnya Danau Kerinci yang jernih seperti kaca bengala, serta sungai-sungai berbatu berair deras yang berliku-liku menyusuri perkampungan demi perkampungan.

Tidaklah berlebihan, Ghazali menyanjung Kerinci sampai sedemikian. Alam Kerinci memang elok, sejuk, indah dan penuh kharisma dan daya tarik luar biasa yang bisa membius mata siapa saja yang sempat menyinggahinya.

Sekali sempat mengunjunginya, pasti terus berhasrat untuk kembali. Tak terkecuali apa yang dirasakan tujuh orang wartawan peserta press tour yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi 26-28 Oktober 2010.

Namun, beratnya perjuangan rombongan yang difasilitasi Asosiasi Indonesian Travel Agent (ASITA) untuk bisa mencapai daerah primadona kepariwisataan bagi Provinsi Jambi tersebut, akhirnya mengalahkan hasrat untuk kembali lagi ke negeri paling barat Provinsi Jambi tersebut.

"Kita selalu jujur, setiap wisatawan yang minta kita fasilitasi, mengakui akses jalan menuju Kerinci luar biasa buruknya, sehingga perjalanan untuk mencapainya harus memakan waktu sangat lama, sedikitnya 11-12 jam," kata Roy Mardianto, Sekretaris Asita Jambi.

Apa yang disampaikan Roy memang pengakuan yang amat jujur. Tim press tour Disbudpar Jambi kemudian membuktikannya sendiri. Ruas jalan satu-satunya menuju Kerinci yakni jalur Bangko-Kerinci hingga saat ini masih dalam kondisi yang amat parah. Perbaikan dan pelebaran yang menggantung ditinggalkan kontraktor makin memperparah perjalanan.

Jalanan berkerikil bercampur tanah merah membuat perjalanan tidak saja berat tapi juga berbahaya dan rentan mengundang celaka. Apalagi ruas jalan tersebut juga dilalui oleh kendaraan-kendaraan bus berbadan besar yang setiap hari pulang pergi membawa penumpang dari atau ke Kerinci.

"Buruknya infrastruktur jalan menjadi penyebab utama sulitnya mengangkat potensi wisata Kabupaten Kerinci hingga saat ini. Apalagi di musim penghujan seperti saat ini, bahaya longsor selalu mengancam sehingga membuat ciut nyali setiap wisatawan yang melintasi di ruas jalan ini," tutur Roy.

Perjalanan dua mobil roda empat milik sebuah travel di Jambi harus pontang-panting layaknya jip "offroad" guna menaklukkan kondisi fisik jalan yang amburadul tersebut. Untungnya kedua sopir yang ditugasi pihak agen sudah sangat berpengalaman, sehingga semua bentuk ancaman bahaya bisa dihindari dengan baik.

Tujuh orang wartawan yang menjadi penumpang berulangkali harus minta istirahat dan bahkan ada yang minta perjalanan dihentikan saja. Namun, dengan penuh kesambaran Roy berusaha meyakinkan bahwa di penghujung perjalanan nantinya keindahan alam Kerinci yang elok bak surga sudah menunggu.

Dengan perasaan was-was perjalanan itupun tetap dilanjutkan. Meskipun panik karena puas "diaduk-aduk" mobil yang lintang pukang menghindari jurang, tebing dan bebatuan gunung seukuran gajah yang banyak longsor serta pepohonan yang tumbang dan menutupi sebagian badan jalan, beruntung tak satupun dari rombongan kuli tinta tersebut yang mengalami mabuk kendaraan.

"Hanya satu harapan kita, ingin bertemu dan melihat langsung alam Kerinci yang katanya eksotis itu, dan hanya satu cara kita menguatkan hati, yakni dengan mencoba menikmati pemandangan pegunungan dan pebukitan yang dibalut rimba Taman Nasional Kerinci Seblat yang elok menakjubkan terhampar di kedua sisi jalan sepanjang perjalanan, keletihan dan kesusahan yang kita alami pun bisa sedikit tertasi," ungkap Rizal, reporter KBR 68.

Sepanjang perjalanan rombongan banyak mendapati tumpukan batu, pasir dan kerikil, serta kelompok-kelompok para pekerja yang berdiam di barak-barak sederhana.

Tumpukan batu dan kerikil itu adalah material pembangunan jalan, dan kelompok orang-orang itu para pekerja yang menunggu instruksi kapan pekerjaan akan dilanjutkan lagi setelah sekian lama tertunda sejak Pilakada Gubernur Jambi dua bulan lalu.

Proyek perbaikan dan pelebaran jalan berstatus jalan provinsi tersebut memang telah cukup lama terhenti, dan hingga kini belum diketahui apa penyebabnya dan kapan akan dilanjutkan lagi.

Hasan Basri Agus sebagai gubernur Jambi baru yang terpilih pada Pilkada Juni 2010 tampaknya belum bisa berbuat banyak untuk memperbaiki kerusakan jalan yang menjadi satu-satunya akses menuju Kerinci tersebut.

Saat membuka Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci (FMPDK) Rabu (27/10), Hasan Basri Agus berharap pemerintah pusat bisa menggelontorkan dana melalui APBN untuk memperbaiki jalan negara menuju Kabupaten Kerinci.

Kerusakan jalan telah menghambat para wisatawan lokal dan mancanagera untuk berkunjung ke Kerinci yang kaya dengan objek wisata dengan alamnya yang berhawa sejuk.

"Kita harapkan pemerintah pusat bisa menganggarkan dana melalui APBN, agar jalan menju ke Kerinci dan Kota Sungaipenuh bisa segera diperbaiki, sehingga akan memudahkan wisatawan yang ingin melihat panorama alam Kerinci," katanya.

Kabupaten Kerinci berjarak sekitar 410 Km dari Kota Jambi, saat ini tengah menyelenggarakan kegiatan pariwisata "Festival Masyarakat Peduli Danau Kerinci" (FMPDK), sebagai bagian dari upaya menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kerinci dan Provinsi Jambi umumnya.

Namun kondisi jalan yang buruk, terhentinya angkutan udara menuju daerah itu menjadikan Festival Danau Kerinci yang menampilkan sejumlah atraksi kesenian dan budaya serta berbagai produk kerajinan dan makanan, sebagai sebuah pekerjaan yang sia-sia, kata sejumlah warga Kota Jambi.

"Saya sangat ingin menyaksikan Festival Danau sekaligus melancong ke Kerinci, tapi buruknya akses jalan, saya khawatir badan malah menjadi sakit," kata Ny Gustiana, warga Kotabaru, Kota Jambi.

Perbaikan infratrutur, terutama jalan tampaknya harus menjadi prioritas agar harapan Gubernur Jambi Hasan Basri Agus akan ada investor yang berinvestasi di Kerinci untuk mengelola pariwisata Kerinci akan dapat direalisasikan.

Dengan demikian negeri berjuluk "Tanah surga yang tercampakkan ke bumi" itu benar-benar bisa terangkat potensi kepariwisataannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar jika artikel ini bermanfaat dan maaf komentar spam saya hapus

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...